MAFAHIM ISLAM

MEMAHAMI ISLAM DENGAN MUDAH

Oleh: Azhari

Penganut Tasawuf membuat metode dzikir yang dikenal dengan tarekat, tarekat (thariqat/metode/cara) yakni metode khas yang diamalkan dalam berdzikir; jenis lafadz yang akan di baca, jumlah bacaan dan gerakan badan yang harus dilakukan. Masing-masing guru tarekat/sufi ini mempunyai rasa yang berbeda dalam berdzikir kepada Allah swt, sehingga mereka melakukan “inovasi” dalam berdzikir dengan mengarang sendiri metode dzikir sesuai dengan perasaannya.

Tarekat Naqsyabandiyah berdzikir dengan diam dan menahan nafas, tarekat Qadiriyah berdzikir nyaring berdiri dan duduk. Tarekat al-Muwafaqah membaca asmaul husna. Tarekat Junaidiyah membaca:
Subhaanallah 4.000 kali pada hari Ahad
Alhamdulillah 4.000 kali pada hari Senin
Laa ilaaha illallah 4.000 kali pada hari Selasa
Allaahu akbar 4.000 kali pada hari Rabu
Laahaula walaa quwwata illa billah 4.000 kali pada hari Kamis
Shalawat pada hari Jum’at
Istighfar pada hari Sabtu
Lihat 1, hal 51

Tarekat Maulawiyah melakukan Tarian Mistis Darwis (Whirling Dervish Dance), tarian dari Turki ini menggambarkan seorang laki-laki memakai jubah panjang, menari berputar seperti gasing (sehingga jubahnya menyerupai payung ketika berputar), sambil menelengkan kepala dan menengadahkan tangannya dengan diiringi musik, puisi dan dzikir. Kemudian mengalami ekstase (mabuk).

Ketika melakukan dzikir bisa timbul rasa takut, duka atau rindu, sehingga membuat mereka merintih, mengerang, mencabik-cabik pakaian, hingga mengalami ekstase (mabuk). Ada juga terlanda rasa harap, gembira dan bahagia, sehingga mereka gembira, menari dan bertepuk-tangan. Lihat 2, 41; lihat juga 6, 168-170 Bahkan cabikan kain sufi (khiraq) ini di ambil untuk mendapatkan berkah darinya. Lihat 2, 75

Ketika mengalami ekstase (mabuk) mereka akan memperoleh bisikan-bisikan Ilahi yang di sebut kasyf (ilmu batin), kasyf ini diperoleh langsung dari Allah swt atau diperoleh melalui Rasulullah saw. Lihat 3, hal 155, 171-173; lihat juga 2, hal 49, 71,75 Padahal kasyf yang diperoleh suatu yang imajiner dan prasangka-prasangka yang tidak benar. Lihat 4, hal 68

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran (An-Najm 28).

Sekte-sekte ini begitu banyaknya tergantung dari hasil “inovasi” dzikir masing-masing guru sufi. Di Indonesia ada Qadiriyah, Syattariyah, Naqsyabandiyah, Khalwatiyah, Sammaniyah, Alawiyah, Haddadiyah dan Tijaniyah. Lihat 1, hal 28 Aliran tarekat ini diperoleh dari hasil berguru kepada aliran tarekat yang ada di luar negeri atau bisa juga hasil kreatifitas guru sufi asal Indonesia sendiri (seperti Haddadiyah).

Meskipun di klaim bahwa dzikir-dzikir yang diajarkan oleh para mursyid (guru) bersambung hingga Rasulullah saw (manqul). Kenyataannya, tidak satu hadits-pun yang menggambarkan Rasulullah saw dan para sahabat berdzikir dengan merintih, mengerang, mencabik-cabik pakaian, bertepuk-tangan hingga menari, kemudian mengalami ekstase (mabuk).

Dalam berdzikir Rasulullah saw menganjurkan untuk membaca shalawat Nabi, tasbih, tahmid, tahlil dan takbir.

Ucapan yang amat disukai Allah ada empat, yang mengaku tidak dipandang salah dengan mana saja engkau mulai: subhaanallah, walhamdulillah, walaailaaha illallah, wallaahu akbar (HR. Muslim).

Sedangkan mengenai jumlah bacaan, hadits-hadits sahih menjelaskan sebagai berikut:

Barangsiapa berkata laailaaha illallah wahdahu laa syariikalah 10 x, adalah ia seperti orang yang memerdekakan 4 jiwa dari cucu Ismail (HR. Muatafaq’alaih).

Barangsiapa berkata subhaanallah dan dengan memuji-Nya 100 x, niscaya digugurkan daripada dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih laut (HR. Mutafaq’alaih).
Lihat 5, bab dzikir & do’a

Ada beberapa hadits yang terkait, tetapi sama sekali tidak ada tuntunan harus membaca lafadz dzikir dengan jumlah 4.000 kali pada hari tertentu, atau membacanya dengan merintih, mengerang, mencabik-cabik pakaian, bertepuk-tangan hingga menari, kemudian mengalami ekstase (mabuk).

Tarekat mungkin sebagai bentuk pelarian (zuhud) terhadap kehidupan hedonisme, materialisme dan sekulerisme yang membelenggu kehidupan masyarakat modern, tetapi bagaimanapun tarekat harus tetap mengacu kepada al-Quran dan assunnah. Selain itu jelas tertolak.

Man ’amala ’amilan laysa ’alaihi amruna fahuwan raddun; Siapa saja yang melakukan perbuatan yang tidak termasuk perintah kami adalah tertolak (HR Bukhari dan Muslim).

Wallahua’lam

Maraji’:
1. Gerakan Politik Kaum Tarekat, Ajid Thohir, Pustaka Hidayah, cetakan I, Mei 2002
2. Menjadi Sufi Bimbingan untuk Para Pemula, Abu al-Najib al-Suhrawardi, Pustaka HIdayah, cetakan I, Agustus 1994

1 comments:

This comment has been removed by the author.

AZHARI

AZHARI

Renungan

KEBERANIANKU TIDAK AKAN MEMPERPENDEK UMURKU

KETAKUTANKU TIDAK AKAN MEMPERPANJANG UMURKU

AKU AKAN TERUS BERJUANG SEMAMPUKU

UNTUK KEBENARAN DAN KEADILAN

HINGGA ALLAH MEMANGGILKU PULANG

ALLAHU AKBAR !



free counters

Pernyataan

Silahkan mengutip artikel di blog ini karena hak cipta hanya milik Allah swt.