Oleh: Azhari
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Alam Nasyrah 1-8).
Menurut Imam As-Suyuthi ayat ini turun ketika kaum musyrikin memperolok-olokkan kaum muslimin karena kekafirannya dan ketika ayat ini turun Rasulullah SAW. bersabda: "Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan bagi kalian. Kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan" (Diriwayatkan oleh Ibnu jarir yang bersumber dari al-Hasan).
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, maksudnya Allah swt melapangkan dada Rasulullah saw dalam menghadapi permusuhan kafir Quraisy, Allah swt menghilangkan rasa cemas, kesusahan dan gusar dari diri Rasulullah saw. Begitu juga, jika Allah swt berkehendak menunjuki seseorang maka Allah swt akan melapangkan dadanya untuk menerima syari’at Islam. Allah swt menjadikan syari’at Islam mudah, ringan, tidak ada kesulitan dan beban dalam menjalankannya. Karena syari’at Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam, tanpa syari’at Islam kehidupan ini sempit dan selalu dalam kesusahan; banyak bencana, penyakit bermunculan dan kemaksiaatan merajalela. Seharusnya segala penderitaan dan kesengsaraan yang kita alami saat ini menjadi dorongan bagi kita untuk kembali kepada Allah swt.
Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri (Al-A’raf 94).
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (Ath-Thaha 124).
Pada dasarnya, tidak ada satu kesulitan-pun dalam menjalankan syari’at Islam. Kewajiban shalat misalnya, didahului dengan wudhu’ dan jika tidak ada air maka bisa dilakukan dengan tayamum. Jika tidak mampu shalat berdiri maka bisa dilakukan dengan duduk, jika dalam perjalanan maka bisa shalat qashar atau jama’. Inilaha rukhshah (keringanan) yang diberikan Allah swt. Kewajiban haji dibebankan setelah seseorang mampu dalam hal biaya, kesehatan dan keamanan. Kewajiban zakat dibebankan ketika harta sudah mencukupi nisabnya. Ini wujud Maha Tahu Allah swt atas kemampuan manusia. Begitu juga sanksi (’uqubat) yang tegas terhadap pelaku kriminal, bukankah mampu mencegah dan mengurangi angka kriminalitas.
Karena Allah swt yang menciptakan manusia, sehingga tahu persis batas kemampuan seorang manusia. Semua syari’at yang diturunkan Allah swt melalui Al-Quran dan as-sunnah pasti manusia mampu menjalankannya.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapatkan siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (Al-Baqarah 286).
Jadi sebetulnya, tidak bisa seseorang yang bermaksiat kepada Allah swt beralasan: “Allah swt tahu kemampuan saya, mudah-mudahan Allah swt mengampuni saya” Karena batas kemampuan seseorang adalah syari’at itu sendiri (Al-Quran dan as-sunnah).
Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Allah swt juga meringankan beban Rasulullah saw dalam menyampaikan risalah Islam, dengan masuk Islamnya orang-orang kuat seperti Umar bin Khaththab dan Sayyidina Hamzah. Allah swt juga akan memberikan ampunan atas dosa-dosa yang kita perbuat, jika saja mau bertaubat dan kembali ta’at kepada-Nya. Sehingga dengan taubat itu akan meringankan beban yang kita alami.
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Allah swt meninggikan nama Nabi Muhammad s.a.w; meninggikan derajat dengan mengikutkan namanya dengan nama Allah dalam kalimat syahadat, menjadikan ta’at kepada Nabi termasuk ta’at kepada Allah dan lain-lain.
Dan barangsiapa yang menta’ati Rasul, maka sesungguhnya ia telah menta’ati Allah (An-Nisa’ 80).
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Bahwa setiap masalah didalam kehidupan pasti ada jalan keluarnya, setiap musibah pasti ada hikmahnya. Kehidupan seorang mukmin selalu indah; dalam keadaan senang dia bersyukur dan Allah swt memberikan pahala atas syukurnya, dalam keadaan susah dia bersabar dan Allah swt menghapuskan dosa atas sabarnya.
Sungguh mengagumkan orang-orang yang mukmin karena pekerjaannya semua baik. Yang demikian tidak akan terdapat pada orang lain kecuali hanya pada orang mukmin. Karena apabila dia berhasil dia bersyukur. Dan apabila dia ditimpa kesulitan dia bersabar. Itulah (rahasia) kebaikannya (HR Muslim).
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Ini merupakan seorang mukmin yang serius dalam mengerjakan sesuatu, ketika dia telah selesai mengerjakan urusan dunianya maka dia tidak melupakan Allah swt dengan beribadah kepada-Nya.
Jadi, sebetulnya kehidupan ini mudah tetapi kita malah mempersulitnya. Ketika menemukan masalah maka kembalikan kepada Allah swt dan rasul-Nya, tetapi kita malah mencari-cari jalan lain sehingga bukannya menyelesaikan masalah tetapi malah menimbulkan masalah baru.
Wallahua’lam
0 comments:
Post a Comment