MAFAHIM ISLAM

MEMAHAMI ISLAM DENGAN MUDAH

Oleh: Azhari

Apa yang bisa dirasakan ketika melihat orang tua (Bapak dan Ibu) yang disayangi memasuki usia tua, tubuh lemah, kulit keriput, rambut ubanan, matanya rabun, bahkan jalannya pincang dan tubuhnya bungkuk karena osteoporosis. Ingin sekali mendampingi mereka di hari tuanya, tetapi kadang-kadang mereka memilih tinggal di daerah asalnya karena bagaimanapun lebih nikmat tinggal di rumah sendiri. Sehingga beruntunglah mereka yang mendapat kesempatan merawat orang tua.

Sungguh sangat aneh jika ada anak yang tega mengirim orang tuanya ke Panti Jompo dan melepaskan tanggung jawab tidak mau merawatnya. Padahal ketika kita lemah (bayi) mereka merawatnya dengan penuh kasih sayang, bukankah bisa saja mereka menitipkan kita ke Panti Asuhan. Sekarang ketika mereka lemah (tua) kita tidak mau merawatnya dan menitipkan ke Panti Jompo. Sebuah balasan yang bertolak belakang.

Menelantarkan orang tua hingga ajal menjemput adalah perbuatan durhaka dan salah satu dari 3 dosa besar, 2 dosa besar yang lain adalah menyekutukan Allah swt dan bersaksi palsu (HR. Bukhari dan Muslim). Kita bisa saja beralasan repot dan tidak ada waktu untuk mengurusnya, tapi ini bukan alasan syar’i yang bisa diterima. Bisa dibayangkan, betapa sedih orang tua ketika berpisah dari anak dan cucunya, kesepian dan tidak ada kasih sayang dari keluarganya.

Di negara maju seperti Jepang bisa ditemukan orang tua lanjut usia (lansia) dikaryakan sebagai cleaning service di kantor dan pabrik, karena hanya itu kemampuan yang bisa mereka lakukan. Tetapi kemana anak-anak mereka, yang telah dibesarkan dan menjadi sukses tetapi akhirnya membiarkan mereka masih bekerja dan disuruh-suruh orang lain. Bukankah seharusnya mereka menikmati hari tuanya?

Perlakuan Ketika Hidup

Jasa orang tua tidak akan terbalaskan dengan apapun, bahkan jika mereka lumpuh kemudian kita menggendongnya selama menunaikan ibadah haji, belum cukup membalas bagaimana sakitnya saat melahirkan kita. Kita hanya mampu membalaskan jasanya jika menemukan orang tua sebagai budak kemudian memerdekakannya, yang mustahil untuk dilakukan di zaman sekarang.

Seorang anak tidak bisa membalas kebaikan orang tuanya kecuali jika dia mendapati orang tuanya sebagai budak, kemudian ia beli dan membebaskannya (HR. Muslim).

Allah swt memerintahkan untuk merawat orang tua dengan tangan kita sendiri, inilah wujud bakti anak kepada orang tua (birul walidain). Ada 3 amal mulia yang sangat dicintai Allah swt: 1) Shalat tepat waktu, 2) Berbakti kepada orang tua (birul walidain), 3) Jihad di jalan Allah swt (HR. Bukhari dan Muslim).

Orang tua harus dihormati, disayangi, merendahkan diri didepannya, bertutur kata yang baik, bahkan sekedar mengatakan “Ah” (Al-Isra' 23) tidak boleh, apalagi memaki, membentak, menghina dan mengusirnya. Penulis menyaksikan sendiri seorang wanita yang sering memarahi dan memaki ibunya yang sudah tua dan bungkuk. Ketika Ibunya meninggal dia menangis histeris, mungkin ada rasa sesal tapi sudah terlambat.

Perlakuan Ketika Meninggal

Bagaimana pula perlakuan anak kepada orang tua yang telah meninggal? Kita bisa berbakti dengan cara menyambung silaturahmi dengan sahabatnya dan memuliakan mereka. Selalu mendo’akan mereka, terutama setelah shalat 5 waktu.

Jika orang tua berniat menunaikan haji tetapi keburu meninggal maka kita bisa menghajikannya (badal), dengan syarat telah berhaji terlebih dahulu. Jika orang tua meninggal di bulan Ramadhan, maka kita bisa mengganti (qadha’) sisa puasa yang tidak sempat diselesaikannya hingga akhir Ramadhan. Kita masih bisa mengirimkan amal saleh (pahala) dengan cara bersedekah dan membaca al-Quran, kemudian diniatkan pahala sedekah dan bacaan al-Quran untuknya.

Sesungguhnya Ibu dari Sa’ad bin Ubadah ra meninggal dunia, sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada disampingnya. Kemudian Sa’ad mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di disampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?” Nabi saw menjawab, “Iya, bermanfaat” Kemudian Sa’ad mengatakan pada Nabi saw, “Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya” (HR. Bukhari).

Jadi, jika ingin investasi yang menguntungkan maka lakukan dari sekarang dengan mendidik anak-anak menjadi shaleh, mereka akan mengalirkan pahala saat kita di alam kubur nanti dimana ketika sumber amal lain telah terputus.

Setiap manusia meninggal, maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang senantiasa mendo’akannya (HR Muslim).

Wallahua’lam

1 comments:

hidup harus bersyukur dan ikhlas..salam kenal

AZHARI

AZHARI

Renungan

KEBERANIANKU TIDAK AKAN MEMPERPENDEK UMURKU

KETAKUTANKU TIDAK AKAN MEMPERPANJANG UMURKU

AKU AKAN TERUS BERJUANG SEMAMPUKU

UNTUK KEBENARAN DAN KEADILAN

HINGGA ALLAH MEMANGGILKU PULANG

ALLAHU AKBAR !



free counters

Pernyataan

Silahkan mengutip artikel di blog ini karena hak cipta hanya milik Allah swt.