Oleh : Azhari
Sekelompok sahabat berkata kepada Rasulullah saw,
‘Wahai Rasulullah, orang-orang kaya pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun
mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya’
Rasulullah menjawab, ‘Bukankah Allah telah
menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Bahwa setiap kali tasbih
adalah sedekah, setiap kali tahmid adalah sedekah, setiap kali tahlil adalah
sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah
sedekah, dan jimaknya seseorang sedekah’ Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah
salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dia akan mendapatkan pahala?"
Rasulullah menjawab, 'Apa pendapatmu jika dia melampiaskannya
pada tempat yang haram, apakah dia akan mendapatkan dosa? Maka demikianpula jika
dia yang halal, ia akan mendapat pahala’ (HR. Muslim).
Pemahaman Hadis
Mereka melihat sahabat mereka berlomba-lomba
untuk menginfakkan harta mereka dengan penuh kemurahan dan kedermawanan.
Seorang di antara mereka membawa seluruh hartanya, yang lain membawa setengah
hartanya dan yang ketiga membawa beribu-ribu dirham atau dinar, dan yang lain
lagi menyerahkan setumpukan hartanya di hadapan Rasulullah. Sehingga beliau
memanjatkan do'a bagi mereka, lalu memohon ampunan dan keridhaan dari Allah.
Sehingga tergerak hati mereka ingin meraih
keutamaan untuk meraih kedudukan yang sama. Tidak ada rasa iri dan tamak dalam
kekayaan, tapi semangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan taqarrub kepada
Allah. Mereka dan datang kepada Rasulullah mengadukan kondisinya yang tidak
berpunya, sedih dengan ketidakmampuan mereka untuk berinfak.
Maka Rasulullah saw mengobati jiwa-jiwa mereka
dengan hikmah yang diberikan Allah kepadanya. Beliau menghibur hati mereka,
memperlihatkan pintu-pintu kebaikan yang luas. Dimana terdapat amal-amal yang menyamai
pahala orang yang bersedekah, pelakunya bisa mendekati derajat orang yang
berinfak.
Al-Wafi’ - Syarah Hadits Arba’in Imam
An-Nawawi.
Musthafa Dieb Al-Bugha dan M. Sa’ad Al-Khin.
0 comments:
Post a Comment