Oleh: Azhari
Seorang penerbang warga negara Jerman berkisah, ia bekerja disebuah proyek disebuah desa kecil di Sudan, proyek tersebut jauh dari pemukiman penduduk. Disaat hari mulai senja, tiba-tiba ia didatangi oleh seorang penduduk desa dan berkata: “Hai orang asing, aku siap membantumu”
Aku menjawab: “Aku tidak membutuhkan bantuanmu”
Orang Sudan memaksanya lagi: “Engkau pasti membutuhkan bantuanku dan aku tidak akan meninggalkanmu sampai engkau menerima usulku”
Aku katakan sekali lagi: “Aku tidak membutuhkan bantuan siapapun!”
Orang Sudan terus memaksa untuk membantuku, ia akhirnya mengajakku kerumahnya. Karena ia mempunyai satu kamar tidur dirumahnya, maka ia menyuruh istrinya menginap dirumah tetangga. Ia memperlakukan layaknya seorang tamu kehormatan, semua kebutuhanku dilayaninya dengan baik.
Aku terheran-heran dan bertanya kepadanya: “Mengapa engkau melakukan semua ini?”
Orang Sudan menjawab: “Aku telah bernadzar kepada Allah swt untuk mengerjakan kebajikan setiap hari. Aku melihat anda sebelum matahari terbenam dan tidak seorangpun aku jumpai untuk melaksanakan nadzarku kepada Allah swt, yakni melakukan kebajikan setiap hari”
Aku penuh penasaran, agama apakah yang membuat orang Sudan ini berbuat seperti itu?. Aku pelajari Islam dan akhirnya aku memperoleh hidayah dengan masuk Islam.
Begitulah sekelumit kisah nyata dari masuk Islamnya seorang penerbang Jerman, karena andil seorang penduduk desa terpencil di Sudan. Dari kisah itu dapat diambil hikmahnya, bahwa orang desapun mampu berda’wah sesuai kadar kemampuannya.
Islam tidak mengenal istilah kerahiban atau orang-orang khusus yang mengurusi masalah agama, seperti yang berlaku pada agama non-Islam. Konsep Islam adalah, setiap muslim harus menguasai agamanya, mengamalkannya, serta menda’wahkannya kepada orang lain. Seorang da’i atau penceramah, tidak hanya yang berbicara dimimbar, podium, TV, radio, seminar, dll, tetapi setiap muslim adalah da’i dan pada saat ia memberikan nasehat kepada orang lain maka ia telah menjadi da’i. Sampaikanlah apapun yang kita ketahui kepada orang lain. Da’wah yang disampaikan seorang muslim bagaikan membantu orang-orang yang hampir tenggelam dalam sebuah kapal.
Perumpamaan orang yang berjalan pada batas-batas Allah serta berhasil, laksana suatu yang melayarkan sebuah kapal, maka sebagian atas sebagian lainnya (dari bagian bawah) bila orang-orang yang berada dibagian bawah terkena air mereka berteriak kepada orang diatasnya seraya berkata: “Kalau kami tenggelam itulah nasib kami. Sekiranya orang bagian atas membiarkan mereka serta tidak mau menolongnya lalu tenggelamlah semua. Tetapi kalau mereka menarik tangan-tangan mereka lalu selamat, maka selamatlah semuanya (HR Bukhari).
Da’wah ini merupakan warisan mulia Rasulullah dan merupakan tugas mulia juga yang diemban oleh seorang muslim, bahkan seorang muslim yang tidak mempedulikan nasib kaum muslimin, tidak berda’wah kepada mereka, maka mereka tidak termasuk golongan kaum muslimin. Dan kita akan dilaknat Allah, jika kita tahu keluarga, tetangga, teman, berbuat maksiat tetapi kita tidak menasehatinya, sama artinya kita menyembunyikan kebenaran yang datangnya dari Allah swt.
Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namun tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka (HR Bukhari).
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk sesudah Kami bentangkan kepada manusia dalam Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati orang-orang yang melaknati (Al-Baqarah 159).
Begitu juga pahala da’wah, inilah salah satu dari 3 pahala yang masih mengalir meskipun kita telah meninggal. Dalam sebuah hadits dikatakan, terputus amalan seorang makhluk saat ia meninggal, kecuali 3 hal; do’a anak yang shaleh, infaq/shadaqah yang bermanfaat dan ilmu yang diajarkan kemudian diamalkan.
Jadi, berikanlah nasehat kepada orang lain dengan semampu kita, karena dengan demikian kita telah melanjutkan tugas mulia Rasulullah dan ikut andil mencegah kerusakan dibumi. Dan jika kita biarkan kemaksiaatan merajalela maka Allah swt akan menurunkan adzab-Nya, dimana adzab ini tidak hanya menimpa orang yang berbuat maksiat tetapi semua orang termasuk yang tidak berbuat maksiat,
Tidaklah suatu kaum yang orang-orang taatnya lebih banyak daripada pelaku maksiatnya, tetapi mereka membiarkannya, melainkan Allah akan mengadzabnya secara merata (HR Ahmad dan Baihaqi).
Da’wah merupakan kewajiban setiap kaum muslimin sesuai firman Allah,
Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan yang (tetap) menyeru kepada kebajikan dan menyuruh berbuat makruf dan melarang yang mungkar. Mereka orang-orang yang menang (Ali Imran 104).
Dengan kondisi masyarakat jahiliyah modern yang begitu jauh dari kehidupan yang islami, dimana kehidupan jahiliyah modern ini lebih berbahaya daripada jahiliyah dizaman Rasulullah saw (begitu pendapat sebagian ulama). Karena ia ditunjang dengan ilmu dan teknik, disalurkan melalui seni dan budaya, disulam dengan benang syirik dan nifak (munafik). Sehingga sangat mempesona dan menyilaukan mata serta dengan mudah membangkitkan nafsu hewani. Untuk itu diperlukan para juru da’wah yang mempunyai persiapan lebih matang, tidak lalai, gugup dan memalingkan muka menghadapi tantangan tersebut. Tetapi menyampaikan apa adanya risalah Allah swt, pahit maupun manis.
Wallahua’lam
0 comments:
Post a Comment