MAFAHIM ISLAM

MEMAHAMI ISLAM DENGAN MUDAH

Oleh: Azhari

Alhamdulillah kita masih diberikan cukup umur oleh Allah swt untuk menyelesaikan ibadah hinga akhir Ramadhan, karena sebagian orang tidak bisa melanjutkan Ramadhan ketika di panggil oleh Sang Khaliq.

Dalam mengarungi kehidupan kita butuh penyegaran/pelatihan sebagai pengingat bagi mereka yang selama 11 bulan terlalu larut dengan kehidupan dunia sehingga terlupa untuk mendekat diri kepada Allah swt (taqarrubilallah). Allah swt menciptakan 1 bulan dalam setahun yakni Ramadhan sebagai bulan pelatihan; melatih manusia dalam berhubungan dengan Allah swt (hablumminallah) dan berhubungan dengan sesama manusia (hablumminannas). Hablumminallah dalam hal ibadah-ibadah mahdhah yang intensif dilakukan selama Ramadhan, hablumminannas berupa hikmah menahan lapar yang mengingatkan akan penderitaan si miskin, membayar zakat fitrah, zakat maal, infaq dan shadaqah. Parameter keberhasilan pelatihan selama Ramadhan ketika mereka menjadi orang-orang yang taqwa.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al-Baqarah 183).

Selama Ramadhan di latih siang dan malam beribadah kepada Allah swt, menghindari perbuatan yang tadinya halal (makan, minum, berhubungan seksual, dll), dan mengendalikan hawa nafsu yang dapat merusak puasa. Puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, tetapi lebih dari itu juga menahan ucapan, pendengaran, penglihatan dan segala hawa nafsu yang diharamkan.

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak peduli lagi dengan usahanya dalam meninggalkan makan dan minum (HR Bukhari).

Yang dinamakan puasa itu bukanlah (hanya dengan) meninggalkan makan dan minum, namun puasa itu adalah menahan dari perbuatan keji dan sia-sia (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim, sahih menurut Muslim).

Sehingga orang yang berpuasa tetapi masih condong kepada kemaksiaatan, maka dia tidak peroleh apa-apa selain lapar dan haus.

Logikanya, selama Ramadhan kita gemar melaksanakan ibadah sunah maka selepas Ramadhan tidak mungkin kita meninggalkan ibadah wajib. Selama Ramadhan kita bisa meninggalkan makanan halal maka selepas Ramadhan lebih mudah lagi menghindari makanan yang haram. Selama Ramadhan kita terbiasa menjaga hawa nafsu yang akan merusak puasa (ghibah, melihat aurat, dll) maka selepas Ramadhan lebih mudah mengendalikan hawa nafsu.

Adalah hal yang mudah bagi kita ketika berpuasa Ramadhan untuk sembunyi kemudian makan dan minum tanpa diketahui manusia, tetapi hal ini tidak dilakukan karena kita tahu sedang diamati (muraqabah) oleh Allah swt. Seharusnya selepas Ramadhan selalu berhati-hati dalam melakukan segala kemaksiaatan, karena Allah swt mengamati kita tidak hanya di bulan Ramadhan.

Menahan perasaan lapar dan dahaga selama Ramadhan seharusnya membuat kita mempunyai kesalehan sosial, betapa beratnya si miskin ketika menanggung lapar. Sehingga mudah tersentuh ketika melihat orang miskin dan tidak pelit untuk berinfaq dan membayar zakat.

Shalat tarawih berjama’ah selama Ramadhan seharusnya membuat seseorang terbiasa untuk bangun malam dan melakukan shalat tahajud. Begitu juga ibadah-ibadah yang lain; membaca al-Quran, puasa sunah, dzikir, thalabul ‘ilmi, dll, seharusnya merupakan aktifitas yang berlanjut selepas Ramadhan.

Wallahua’lam

0 comments:

AZHARI

AZHARI

Renungan

KEBERANIANKU TIDAK AKAN MEMPERPENDEK UMURKU

KETAKUTANKU TIDAK AKAN MEMPERPANJANG UMURKU

AKU AKAN TERUS BERJUANG SEMAMPUKU

UNTUK KEBENARAN DAN KEADILAN

HINGGA ALLAH MEMANGGILKU PULANG

ALLAHU AKBAR !



free counters

Pernyataan

Silahkan mengutip artikel di blog ini karena hak cipta hanya milik Allah swt.