Oleh: Azhari
Kasus Century yang mengucurkan uang negara sebagai dana talangan (bailout) sebesar 6,7 trilyun (10 kali lipat dari usulan BI sebesar 632 milyar), sungguh mengguncang nurani kita. Bagaimana tidak, uang negara yang sangat besar dikucurkan untuk Bank gurem dengan dalih berdampak sistemik.
Keputusan bailout Bank Century dilakukan oleh Gubernur BI saat itu Boediono (Wapres) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Keduanya di tuduh bersalah oleh Pansus DPR karena melanggar aturan BI, hal ini tentu saja mencoreng wibawa pemerintahan SBY.
Selama persidangan partai penguasa (Demokrat) berjuang dengan berbagai cara untuk meredam kasus Century. Sidang-sidang Pansus selalu diganggu oleh anggota DPR yang berlagak seperti preman. Berbagai jurus dilakukan; bujukan agar Pansus tidak SEBUT NAMA mereka yang terlibat, ancaman RESHUFLE kabinet terhadap Menteri-menteri partai koalisi, serta lobi-lobi sebelum voting.
Penguasa dan kroninya dengan berbagai cara berusaha agar terlihat tidak bersalah, padahal 6,7 trilyun uang negara yang tidak jelas kemana aliran dananya. Sementara orang-orang lemah dan miskin dipenjara karena mencuri barang-barang yang sangat murah harganya; nenek Minah mencuri 3 buah kakao (cokelat) di hukum 1 bulan, Basar dan Kholik mencuri 1 buah semangka di hukum 5 tahun atau Aspuri yang mencuri kaos bekas lusuh di hukum 5 tahun.
Mereka hanya menegakkan keadilan kepada orang-orang lemah dan miskin, hal ini telah diperingatkan Allah swt dalam An-Nisa 135.
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran (An-Nisa’ 135).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa tegakkan keadilan kepada kerabat, orang kaya dan miskin karena kebenaran menghukumi setiap orang. Jangan mengikuti hawa nafsu karena kepentingan pribadi dan fanatisme golongan, jangan kebencian terhadap suatu golongan menyebabkan kita meninggalkan keadilan.
Semua ini terjadi akibat manusia dibiarkan membuat hukum untuk mengatur kehidupannya, ketika berkuasa maka di buat hukum yang menguntungkan dirinya. Tidak mungkin keadilan bisa tegak jika yang membuat hukum manusia yang sarat hawa nafsu dan kepentingan, seharusnya yang menetapkan hukum pemilik asmaul husna AL-’ADL (Maha Adil) yakni Allah swt. Jika Yang Maha Adil yang membuat hukum maka pasti tegak keadilan dan tidak akan cenderung kepada salah satu pihak.
Tidak ada hukum yang lebih baik untuk mengatur makhluk selain hukum yang datang dari Sang Pencipta Makhluk. Penguasa dzalim yang membuat hukum untuk kepentingan diri dan golongannya, kemudian mencampakkan hukum Sang Pencipta.
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (A-Maidah 50).
Akhirul kalam, jika hukum di dunia ini tidak mampu mengadili para pejabat yang korup itu, maka biarkanlah pengadilan (hisab) Allah swt yang memutuskan di akhirat nanti. Azab neraka lebih pedih daripada penjara!
Wallahua’lam
0 comments:
Post a Comment