Kita tidak sanggup menghitung nikmat yang diberikan Allah swt, mulai dari bayi hingga saat ini. Jika semua kayu di dunia dijadikan pena dan air laut dijadikan tinta, masih belum cukup untuk menuliskan semua nikmat itu.
Begini, jika satu saja organ tubuh yang tidak berfungsi maka dibutuhkan alat (mesin) untuk menggantikan fungsi itu. Jika ginjal tidak berfungsi maka harus cuci darah 2 kali seminggu dengan alat Hemodialisa, sekali cuci darah biayanya Rp 750.000, setahun menjadi Rp 72 juta. Jika umur saat ini 40 tahun maka total biaya cuci darah Rp 2,88 milyar!
Untuk satu organ tubuh yang rusak saja dibutuhkan biaya 2,88 milyar. Bagaimana jika di hitung biaya fungsi jantung, paru atau hati. Berapa harga oksigen yang kita hirup, matahari yang menyinari bumi atau air yang menjadi sumber kehidupan.
Semua itu Allah swt berikan gratis, Allah swt tidak minta biaya organ yang berfungsi dengan baik dan semua fasilitas kehidupan berupa oksigen, matahari dan air. Hanya saja, sebagai pencipta manusia Allah swt membuat aturan-aturan yang harus dita’ati yang sebetulnya untuk kemaslahatan manusia sendiri, agar selamat menjalani kehidupan dunia dan selamat pula dari azab di akhirat nanti.
Adanya aturan hal yang wajar, sebuah perusahaan yang mempekerjakan karyawan mempunyai aturan, agar tujuan perusahaan tercapai dan karyawan bekerja dengan nyaman. Apalagi Allah swt sebagai pencipta manusia dan kehidupan di dunia jauh lebih rumit dibandingkan mengelola sebuah perusahaan.
Keta’atan pada aturan Allah swt sebagai wujud rasa syukur atas semua nikmat Alah swt (syukur nikmat). Melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, sesederhana itu! Ketika manusia tidak ta’at kepada Allah swt maka di saat itulah disebut kufur nikmat, jadi kufur nikmat adalah tidak memanfaatkan pemberian (nikmat) tidak sesuai dengan kehendak Allah swt.
Misalnya, Allah swt menciptakan kaki untuk melangkah ke mesjid untuk shlalat berjama’ah, tetapi ketika kaki digunakan untuk melangkah menuju diskotik, ini kufur nikmat. Seluruh anggota tubuh seharusnya digunakan untuk melakukan perbuatan yang diridhai Allah swt, seluruh fasilitas kehidupan seharusnya dimanfaatkan sesuai dengan aturan Allah swt.
Ketika manusia mensyukuri nikmat maka pasti Allah swt akan memberikan tambahan nikmat, tetapi jika manusia mengingkari maka Allah swt akan turunkan azab yang pedih berupa kelaparan, ketakutan dan kesempitan hidup. Lainsyakartum la aziidannakum, walain kafartum inna ‘azaabi lasyadiid (Ibrahim 7).
Berulang-ulang sebanyak 31 kali Allah swt mempertanyakan kepada manusia atas nikmat yang diberikan-Nya dalam surah Ar-Rahman, fabiayyiaalaa irabbikumaa tukazzibaan; maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Akankah karena begitu banyak manusia yang mengingkari aturan Allah swt sehingga mereka menjadi kufur nikmat, sehingga tidak cukup sekali Allah swt mempertanyakan tetapi hingga 31 kali?
Wallahua’lam
0 comments:
Post a Comment