Dalam kitab Al ujubatun nafiatun ‘anil masaailil waqi’ah
karangan Syeikh DR. Abdurrahman Abdul Wahab Al-Farisi dari Kuwait, menjelaskan
beberapa fatwa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Shalat merupakan ibadah wajib bagi
setiap pribadi muslim/muslimah (fardhu ‘ain), tidak ada keringanan (rukhsah)
untuk meninggalkan shalat.
Jika tidak mampu berdiri boleh duduk,
tidak mampu duduk boleh tidur, dalam perjalanan boleh jama’ dan qashar, tidak
ada air untuk berwudhu’ boleh tayamum. Selain kematian hanya anak kecil, orang
gila dan orang yang ketiduran yang membolehkan seseorang meninggalkan shalat.
Kesibukan atau malas bukanlah alasan yang dibenarkan untuk meninggalkan shalat.
Telah diangkat pena (tidak dibebani
hukum) atas tiga orang: orang tidur hingga bangun, anak kecil hingga baliqh dan
orang gila hingga sembuh (HR. Abu Dawud).
Orang yang meninggalkan shalat dihukumi
telah kafir, hanya saja para UIama berbeda pendapat apakah termasuk kafir
I’tiqadi atau Amali.
Perjanjian antara kami dengan mereka
adalah shalat, barang-siapa meninggalkannya maka dia telah kafir (HR Ahmad).
(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan
shalat (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Catatan:
1. Kafir Amali
Kekafiran karena meninggalkan amalan wajib atau mengerjakan maksiat, kekafiran ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
Kekafiran karena meninggalkan amalan wajib atau mengerjakan maksiat, kekafiran ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
2. Kafir I'tiqadi
Kekafiran dengan meyakini agama selain Islam, sehingga mengeluarkan mereka dari Islam (non-muslim). Sehingga keyakinan pluralisme yang meyakini semua agama sama benarnya dan setiap pemeluknya berhak masuk syurga, seperti yang diyakini kelompok Islam Liberal termasuk kafir i’tiqadi.
0 comments:
Post a Comment