Oleh: Azhari
Katakanlah: “Hai
orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (Al-Kafirun 1-6).
Ayat ini
bentuk penolakan terhadap agama orang kafir secara menyeluruh, tidak mengikuti
peribadatan dan gaya hidup mereka. Meskipun mereka bersedia mengikuti tata cara
agama kita, bukan berarti kita bertoleransi ikut-ikutan agama mereka.
Dengan
segala cara mereka mempengaruhi umat Islam, jika mereka sulit memurtadkan
secara total (pindah agama) maka dilakukan secara parsial dengan mengikuti gaya
hidup mereka. Mereka tidak akan pernah rela hingga kita mengikuti agama mereka
(al-Baqarah 120).
Umat
Islam dimurtadkan dengan rayuan makanan, kesehatan, pendidikan, wanita, bahkan
tidak sedikit yang murtad karena dijanjikan kenaikan jabatan.
Dalam banyak hal, umat Islam diperintahkan untuk berbeda dengan
orang kafir, sehingga secara gamblang bisa dibedakan antara muslim dan kafir.
Panggilan shalat dengan azan bukan dengan lonceng, penanggalan dengan tahun
hijriah bukan dengan tahun masehi, penentuan hari raya dan lain-lain.
Penampilan
seorang muslim berbeda dengan orang kafir, wanita menutup aurat agar lebih
mudah dikenal karena berbeda dengan mereka (al-Ahzab 59). Memelihara jenggot
agar tidak serupa dengan orang kafir (HR Muslim).
Nyaris
disetiap sendi kehidupan kita telah mengikuti budaya dan gaya hidup mereka,
‘Sungguh kamu akan
mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah
yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk ke
liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula'. Sebagian sahabat
bertanya: ‘Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah?' Beliau menjawab:
‘Siapa lagi (kalau bukan mereka)?' (HR Bukhari dan Muslim).
Rujukan:
Tafsir Ibnu Katsir
0 comments:
Post a Comment