Oleh : Azhari
Sudah
merupakan kebiasaan para sahabat mendatangi sahabat lain, kemudian berkata
“Berikan saya nasehat” Mereka minta diingatkan atas kesalahan, termasuk nasehat
tentang pemahaman agama.
Nasehat,
kritik, teguran, masukan, saran, peringatan atau apapun namanya pada prinsipnya
menyampaikan informasi kepada pelakunya atas kekeliruannya agar sipelaku
kembali kejalurnya. Dalam Islam sendiri ditegaskan bahwa “Agama itu nasehat”
(adiinu nasiihah), buat penguasa atau rakyat jelata, buat orang kaya atau
miskin, buat pejabat atau orang biasa.
Nabi saw bersabda, “Agama
itu nasihat”
Tanya kami, “Nasihat bagi
siapa, ya Rasulullah?”
Jawab beliau, “Bagi Allah,
bagi KitabNya, bagi RasulNya, bagi para pemimpin kaum muslimin umumnya“
(HR Muslim).
Hadis diatas menegaskan
perlunya nasehat kepada pemimpin, sehingga dizaman keemasan Islam para Ulama
memberikan nasehat dan kritikan kepada penguasa. Yang lebih hebat lagi penguasa
mendatangi Ulama untuk meminta nasehat. Bukannya dikritik malah menangkapi para
Ulama. Ulama menjaga jarak dengan penguasa agar tetap obyektif, bukannya
berkecimpung didalam kekuasaan.
Parlemen juga termasuk
yang memberikan nasehat dan kritikan, karena jika mengaku wakil rakyat maka
ketika rakyat dizalimi dan dikhianati harus bersuara membela rakyat, bukannya
membela partai atau golongannya. Oposisi juga termasuk yang memberikan nasehat
dan kritikan, karena bisa jadi penguasa dikelilingi para penjilat sehingga lupa
telah membuat kebijakan yang keliru.
Jadi, jangan main pukul
rata nasehat dan kritikan kepada penguasa sebagai bentuk rasa iri dengki dan
kebencian. Justru disitulah letak keseimbangan pemerintahan, ada pemutus
kebijakan dan ada yang mengkritisi kebijakan. Dalam ilmu manajemen dikenal
dengan Challenge, ditantang dalam berbagai sisi sebelum diambil keputusan.
0 comments:
Post a Comment