Oleh: Azhari
Dikedua masjid yang berada ditanah suci, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, akan kita temukan halaqah-halaqah (kelompok) belajar, kelompok ini dihadiri oleh para daaris (pelajar) yang dibimbing oleh seorang Syeikh. Mereka mempelajari berbagai hal, ada yang membahas sebuah kitab, menuliskan tanda baca pada tulisan “Arab gundul” atau menghafalkan Al-Quran.
Halaqah-halaqah ini terdiridari pemuda-pemuda berseragam khas Arab, baju gamis putih dengan kafiyeh merah. Kalau ditilik dari wajahnya mereka datang dari berbagai negara, seperti Negara-negara Arab, Afrika, India/Pakistan, bahkan ada yang berwajah bule, kemungkinan mereka memperoleh bea siswa dari Kerajaan Arab Saudi.
Salah satu halaqah yang diadakan Masjid Nabawi di Madinah adalah menghafal (hafidz) Al-Quran, halaqah ini terdiri 10-15 orang yang dibimbing oleh seorang Syeikh, ada beberapa halaqah dalam masjid dan mungkin tergantung tingkat senioritasnya. Para daaris ini menghafal Al-Quran dengan duduk bersila, sambil menggerakkan badannya kedepan dan kebelakang secara terus menerus. Cara ritme seperti ini, kelihatannya dapat membantu mempercepat daaris dalam menghafal Al-Quran.
Bagi daaris yang telah mampu menghafal, akan maju kedepan Syeikh untuk membacakan hafalannya. Mereka membacakan hafalannya 4-5 orang berbarengan sekaligus didepan Syeikh, dengan surah dan ayat yang berbeda.
Ketika salah seorang daaris salah bacaannya, Syeikh segera menggeleng dan daaris berusaha memperbaiki bacaannya. Jika daaris masih belum mampu menemukan lanjutan ayat dari bacaannya, Syeikh akan membantu mengejanya. Jika sang daaris masih tersendat, maka Syeikh memberikan isyarat untuk mundur dan daaris menghafal kembali.
Subhanallah, Syeikh bisa mendengarkan bacaan Al-Quran 4-5 orang daaris sekaligus dengan surah dan ayat yang berbeda, Syeikh tahu saat salah satu daaris salah bacaannya dan Syeikh juga tahu persis apa kelanjutan ayat tersebut.
Sungguh Allah swt menjaga keaslian Al-Quran dengan orang-orang seperti ini,
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya (Al-Hijr 9).
Kalau kita telaah lebih jauh sejarah dunia, betapa banyak pemimpin yang tampil kemudian tenggelam bersama ajarannya. Betapa banyak nabi-nabi yang diutus, tetapi sedikit sekali yang mengikutinya atau malah dibunuh oleh umatnya. Betapa banyak kitab-kitab suci, kemudian diubah seenaknya oleh manusia yang mengaku atas persetujuan tuhan mereka. lihat 1, hal 54
Nabi Muhammad saw ditengah kerasnya pertentangan kafir Quraisy, sedikitnya pengikut yang diperoleh selama periode 13 tahun di Mekah. Tetapi akhirnya mampu menguasai Persi dan Rumawi. Ditengah maju-mundurnya peradaban Islam, pemusnahan kaum muslimin, pembakaran Al-Quran dan penghancuran masjid oleh bangsa Mongol di Baghdad, pasukan salibis di Andalusia (Spanyol), Bosnia, Mindanao (Filipina), Afghanistan dan Iraq, pasukan komunis di Chechnya, Uzbekistan dan Afghanistan, kaum Yahudi laknatullah di Palestina, kaum musyrik Budha di Pattani Thailand, dan diberbagai tempat didunia. Semua itu tidak mampu memusnahkan kaum muslimin dan ajarannya. Saat ini Islam dianut lebih dari 1 milyar orang didunia dan Al-Quran masih terjaga keasliannya hingga kini.
Tangan Siapakah yang ikut campur, sehingga terjaganya kelangsungan ajaran mulia yang dibawa oleh Rasulullah saw? Tangan Siapakah yang ikut campur, sehingga terjaganya keaslian Al-Quran? Siapa lagi kalau Yang mengutus Muhammad saw dan Yang mewahyukan Al-Quran itu sendiri, Allah swt.
Dialah Tuhan Yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan atas seluruh agama yang ada, meskipun orang-orang musyrik membencinya (Ash-Shaf 9).
Janji untuk menjaga Al-Quran ini dibuat oleh Penguasa langit dan bumi, mustahil tidak akan ditepati-Nya. Salah satunya dengan menghadirkan orang-orang seperti Syeikh ditengah kaum muslimin.
Wallahua’lam
Maraji’:1. Nubuwwah (tanda-tanda kenabian), Abdul Malik Ali Al-Kulaib
0 comments:
Post a Comment