Oleh: Azhari
Acara TV merupakan salah satu sarana yang paling ampuh untuk melakukan penetrasi budaya suatu bangsa kepada bangsa lain, karena TV menusuk langsung ketempat paling pribadi yakni rumah. Disamping itu, sebagian besar waktu mereka digunakan untuk nongkrong didepan TV. Sehingga tanpa kontrol yang ketat, acara-acara itu akan merusak aqidah umat Islam.
Begitu juga ditempat Muhammad saw diutus pertama kali, Arab saudi. Di dua kota suci Makkah Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawarah acara TV masih lumayan terkontrol, tidak akan ditemukan acara-acara membuka aurat secara vulgar dan nyanyian dengan goyangan seronok. Tetapi dikota lain Arab Saudi seperti Jeddah, sudah tidak terkontrol lagi. Pemirsa dapat menikmat lagu-lagu Arab dengan penyanyi berpakaian ”modern”, baju singlet, rok mini, pusar kelihatan dan goyangan sensual, persis seperti gaya idola remaja saat ini Britney Spears. Jadi, kita seolah-olah menyaksikan Britney Spears menyanyikan lagu Arab, lengkap dengan penari latar dengan gaya seronoknya.
Barat dengan segala cara memaksakan budaya mereka untuk diadopsi oleh kaum muslimin, karena dengan cara demikianlah mereka mampu merusak aqidah umat Islam. Ketika kita meniru mereka dalam berbudaya, bersikap dan berideologi, maka otomatis kita telah menjadi budak-budak mereka. Penguasa mau diatur agar kebijakannya sesuai dengan keinginan tuannya, rakyat berbudaya dan menggunakan produk mereka. Pada saat itulah ajaran Islam makin jauh dari kehidupan negara tersebut.
‘Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk ke liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula’. Sebagian sahabat bertanya: ‘Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah?’ Beliau menjawab: ‘Siapa lagi (kalau bukan mereka)?’ (HR Bukhari dan Muslim).
Budaya rusak dan bejat yang mereka jajakan kepada kaum muslimin, dibungkus manis dengan demokrasi dan kebebasan. Mereka secara terus menerus memaksakan kepada negeri-negeri kaum muslimin, didepan kongres Bush meminta alokasi dana US$ 84 juta untuk pembiayaan demokratisasi, kebebasan pers, pemilu, pemberdayaan LSM-LSM dan politik keterbukaan di negara-negara Arab. lihat 1 Begitu juga, dalam pidatonya di depan Kongres Bush mendesak Arab Saudi dan Mesir agar melaksanakan reformasi demokrasi dan kebebasan luas bagi rakyatnya. lihat 2
Raja Fahd berkutat untuk membuang jauh-jauh demokrasi dan menyatakan: ”UU Demokrasi yang kini umum berkembang didunia Internasional tidak cocok bagi kami” Para ulama Arab Saudi menyatakan bahwa dinegeri mereka lahir Nabi yang paling mulia, sehingga bagaimana mungkin akan tumbuh demokrasi. Karena demokrasi melegalkan manusia membuat UU dan mereka telah merampas wewenang Allah sebagai musyarri’ (pembuat hukum). Demokrasi juga tidak bisa dicampur-adukkan dengan Islam, beriman kepada sekulerisme, demokrasi dan pemikiran yang bertentangan dengan Islam lainnya adalah sikap yang bertentangan dengan keimanan kepada Allah swt. Dua sikap ini (Islam dan demokrasi) tidak mungkin berkumpul didalam sekeping hati seorang muslim, salah satu pasti ada yang menempati dan tidak mungkin bisa berkumpul satu sama lain karena keduanya (Islam dan demokrasi) saling bertentangan. lihat 5, hal 21-29 Tetapi kenyataannya, Kerajaan hanya mampu mengontrol 2 tanah suci saja (Makkah dan Madinah), kota-kota lain telah terkontaminasi dengan kebebasan ala Barat.
Penyerangan Afghanistan yang awalnya untuk menangkap Osama bin Laden karena dituduh bertanggung jawab atas penyerangan WTC 9-11, tetapi akhirnya dipermanis untuk menuju modernisasi dan demokratisasi. lihat 3 Penyerangan Iraq yang awalnya dengan alasan menyimpan senjata pemusnah massal, tetapi ketika senjata tidak ditemukan alasan diubah demi demokrasi dan membebaskan Iraq dari kediktatoran. lihat 1 Artinya, demokrasi dan kebebasan merupakan senjata ampuh AS dan sekutunya untuk memaksa kaum muslimin mengikuti kehendak mereka, dengan alasan demokrasi mereka membunuh ribuan kaum muslimin di Afghanistan dan Iraq, dengan alasan demokrasi mereka menjajah dan merampas kekayaan minyak Iraq, dengan alasan demokrasi pula mereka melakukan segala hal yang mereka inginkan.
Jika AS menjajakan demokrasi dan kebebasan begitu getolnya, apakah yang mereka peroleh dengan demokrasi dan kebebasan. Memang mereka mengalami kemajuan gemilang dalam bidang teknologi dan materi, tetapi dibalik semua itu mereka terjun bebas kedalam peradaban jahiliyah.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Jurnal Kesehatan Reproduksi dan Seksual tahun 2004, dari 27 juta anak muda di AS yang berusia dibawah 25 tahun, mereka umumnya telah melakukan hubungan seks. Penelitian lain menyebutkan separuh dari total murid SMU di AS juga telah melakukan aktivitas seksual. Remaja usia 15–24 di AS mengalami penyakit seksual, dengan jumlah 9 juta kasus. Dibutuhkan dana 6,5 milyar dollar AS untuk pengobatan penyakit seksual pada tahun 2000. lihat 4
Ditambah lagi hancurnya lembaga perkawinan akibat hubungan bebas, hamil diluar nikah, aborsi, hubungan sesama jenis, tingginya kasus perceraian, perkosaan, penyakit AIDS, dll.
Inikah hasil demokrasi dan kebebasan yang mereka bangga-banggakan? Jika demikian halnya, katakan tidak untuk demokrasi dan kebebasan!, lebih baik kembali kepada Islam saja. Islam telah terbukti mampu mengangkat peradaban jahiliyah menjadi peradaban gemilang dan menguasai dunia, ketika Islam dijadikan nidzam (sistem) untuk mengatur seluruh sisi kehidupan. Kecuali kalau kita ingin kembali kepada peradaban jahiliyah yang dipertontonkan AS saat ini, maka nikmatilah demokrasi dan kebebasan!
Wallahua’lam
Maraji’:
1. Demokratisasi ala AS, harapan atau ancaman?, eramuslim.com, 10 Mei 2004
2. Bush minta Saudi dan Mesir lakukan reformasi demokrasi, eramuslim.com, 3 Februari 2005
3. Menuju modernisasi dan demokratisasi Afghanistan, suarapembaruan.com, 5 Februari 2004
4. Penyakit seksual landa ABG di Amerika Serikat, eramuslim.com, 25 Februari 2004
5. Demokrasi murni bukan dari ajaran Islam, Muhammad Aman bin Ali Al-Jamie
0 comments:
Post a Comment