Oleh: Azhari
Dibeberapa tempat di Masjidil Haram dan Nabawi akan ditemukan aparat yang mengatur dan menjaga keamanan masjid, biasanya mereka berpakaian gamis putih dengan kafiyeh merah atau berpakaian seragam coklat atau berpakaian loreng coklat muda khas pasukan Teluk. Kerajaan Arab Saudi melakukan persiapan musim haji bak menghadapi peperangan, mereka mengerahkan ribuan pasukan dan sukarelawan, mereka membuka perkemahan tentara dibeberapa tempat, mobil-mobil aparat yang mondar-mandir, memonitor perkemahan jamaah dengan helikopter tempur, dll. Bedanya dengan peperangan, kita tidak menemukan tank-tank tempur dan senjata otomatis. Semua itu mereka lakukan untuk kenyamanan 2,56 juta jamaah haji yang datang dari seluruh pelosok dunia.
Meskipun menjalankan tugas mulia untuk keamanan, kenyamanan dan kelancaran jamaah dalam menjalankan ibadah haji, mereka (aparat) juga tidak lupa untuk selalu ber-taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah swt). Tasbih selalu menggantung ditangan sambil berdzikir, membaca Al-Quran sambil menunggu waktu shalat, membaca kitab-kitab, dll.
Keshalihan aparat, itulah yang sangat kita rindukan dinegeri ini. Jika para aparat menunjukkan keshalihannya, tentu tidak akan ada lagi tuduhan teroris dan penangkapan pesanan AS. Jika para pejabat menunjukkan keshalihannya, tentu korupsi dapat dicegah karena mereka takut saat pertanggung jawaban kepada Allah swt di yaumil akhir nanti. Jika rakyat menunjukkan keshalihannya, tentu kehidupan sosial lebih aman dan nyaman karena kita terhindar dari segala kemaksiaatan.
Prajurit-prajurit Islam dimasa lalu sangat ditakuti oleh musuh-musuh mereka karena keshalihannya, dalam hati prajurit shalih itu tertanam 2 pilihan yang sama-sama menguntungkan: 1) memperoleh kemenangan dalam pertempuran atau 2) mati syahid dan masuk syurga. Hidup mulia atau mati syahid!, begitulah semboyan mereka.
Ketika pasukan Rumawi berhadapan dengan pasukan kaum muslimin, pasukan Rumawi mengutus mata-mata untuk mengintai posisi dan kondisi pasukan kaum muslimin. Setelah diceritakan keshalihan dan semangat syahid yang dipunyai pasukan kaum muslimin, komandan pasukan Rumawi menyatakan: ”Jika benar apa yang kamu katakan itu, maka bagiku perut bumi adalah lebih baik daripada bertemu mereka dimuka bumi”
Dilain kesempatan, seorang pasukan Rumawi yang ditawan pasukan kaum muslimin lolos dan kembali ke Rumawi. Ketika bertemu dengan Kaisar Heraqlius, dia ditanya tentang keadaan pasukan kaum muslimin. Tawanan menjawab: ”Sesungguhnya mereka pada malam hari seperti para pendeta dan pada siang hari adalah pasukan berkuda yang sangat piawai” Mendengar laporan itu, Heraqlius menjawab: Jika benar apa yang kamu katakan, maka aku yakin mereka akan menguasai tempat yang aku pijak ini” lihat 1, hal 99 Dikemudian hari, Islam memang menaklukkan Persi dan Rumawi.
Dengan kondisi pasukan seperti itu, Islam meluaskan pengaruhnya membentang hingga Samudera India dalam waktu setengah abad. Perluasan pengaruh Islam itu bukan untuk penjajahan, tetapi membebaskan manusia dari kegelapan kekafiran dan kemusyrikan menuju cahaya Islam. Begitulah yang dikatakan utusan pasukan Islam Ruba’i bin Amir kepada Rustum komandan pasukan Persi: ”Allah swt mengirim kami untuk membebaskan orang yang menyembah hamba untuk menyembah kepada Allah, dan dari kehinaan dunia kepada kebahagiaan akhirat” lihat 2, hal 63 Rakyat daerah taklukan tidak akan dipaksa masuk Islam, mereka masuk Islam karena menyaksikan sendiri akhlaq pasukan kaum muslimin dan indahnya hidup dalam naungan syari’at Islam. Bagi mereka yang tetap dalam kekafiran, mereka dibiarkan menjalankan ibadah menurut agamanya, gereja-gereja mereka tidak dihancurkan dan pendeta-pendeta mereka tidak dibunuh.
Jika saja aparat, pejabat dan rakyat menunjukkan keshalihannya, maka kita optimis Islam akan segera tegak dalam mengatur seluruh sisi kehidupan ini, serta kembali memimpin dunia dengan peradabannya yang gemilang. Kehidupan ini akan terhindar dari segala macam krisis; krisis ekonomi, moral, hukum dan peradilan, dengan Islam kehidupan ini menjadi penuh berkah dan rahmat. Semoga saja impian ini segera terwujud kembali!
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Al-A’raf 96).
Wallahua’lam
Maraji’:
1. Sebab-sebab jatuh bangunnya umat Islam, Muhammad Zakaria Al-Kandahlawi
2. Koreksi atas pemahaman ibadah, Muhammad Quthb
0 comments:
Post a Comment