Oleh: Azhari
Aktifitas ponografi dan pornoaksi begitu merajalelanya saat ini; tontonan nyanyian dengan pakaian telanjang dan goyangan merangsang di TV, acara-acara tengah malam di TV yang mengungkap secara vulgar aktifitas seks di Ibukota, iklan yang seronok, VCD porno, tabloid porno, website porno dan kasus terakhir photo telanjang Anjasmara. Mereka menjajakan ketengah kaum muslimin dengan dalih: “Kebebasan berekspresi”, “Ini murni seni”
Ini merupakan bagian dari agenda kafir barat untuk merusak generasi kaum muslimin agar semakin jauh dari Al-Quran dan as-sunnah, karena lebih mudah merusak aqidah daripada memurtadkan kaum muslimin. Sebab, jika kaum muslimin berbudaya dan berperilaku dengan cara mereka maka kita telah menjadi budak-budak mereka, menjadi konsumen produk-produk mereka dan dengan mudah didikte oleh mereka.
Kaum kafir barat tidak pernah henti-hentinya untuk menghancurkan kaum muslimin, mereka bekerja siang malam untuk itu. Mereka bisa saja bermulut manis bahwa dalam rangka membebaskan kaum muslimin dari kebodohan atau memajukan peradabannya, tetapi sebetulnya ini jalan menuju jurang kehancuran. Apa yang keluar dari mulut-mulut manis itu hanya topeng belaka, apa yang ada didalam hatinya sebuah rencana yang sangat busuk.
Sungguh, telah nyata kebencian pada mulut-mulut mereka, dan apa yang tersembunyi didalam dada-dada mereka adalah lebih besar lagi. Kami telah menjelaskan ayat-ayat Kami kepada kalian jika kalian memang orang-orang yang berakal (Ali Imran 118).
Kaum kafir barat bisa jadi tidak perlu turun langsung melakukan penghancuran itu, dengan cara yang lebih halus mereka melakukan melalui agen-agen mereka yakni orang-orang sekuleris, pluralis dan liberalis (sipilis), sebuah penyakit yang berbahaya dan tidak bisa diobati oleh dokter kulit. Agen-agen ini, memperoleh dana yang besar untuk melanggengkan kegiatannya sehingga mereka mampu menguasai media (cetak dan elektronik), bahkan jika terancam mereka segera berlindung diketiak induk semangnya. Seperti yang terjadi pada pentolan JIL yang segera “kabur” ke AS setelah merasa terancam, dengan dalih melanjutkan studi. Tetapi meskipun satu hilang, masih banyak sisanya beredar disini dan tunas-tunasnya terus bermunculan.
Umumnya wanita yang menjadi korban mereka karena lebih menarik secara fisik, sehingga bisa dikomersikan. Anehnya, para wanita ini tanpa sadar mau saja dihargai secara fisik, bukan sebagai manusia terhormat dan mempunyai akal yang cerdas. Allah swt telah memuliakan mereka, tetapi mereka menghinakan diri mereka sendiri.
Anehnya lagi, para suami menyodorkan isteri mereka untuk dinikmati oleh laki-laki lain, para bapak menyodorkan anak-anak gadisnya untuk diperlakukan secara hina. Ini laki-laki yang yang tidak punya rasa cemburu dan tidak akan mencium baunya syurga.
Kalau kita tilik lebih jauh, kehidupan kafir barat nun disana tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Mereka bertelanjang tanpa malu-malu, bahkan dengan bangga mempertontokan auratnya, binatang juga demikian. Monyet misalnya, tidak pernah berpakaian, jika berpakaian maka kemungkinan itu monyet sirkus. Mereka kumpul kebo, bahkan telah beranak-pinak tanpa nikah dan itupun dilakukan tanpa rasa risih. Binatang juga demikian.
Ini hanyalah sebuah pembodohan kepada kaum muslimin, bahkan mereka telah memperoleh peradaban tinggi dan modern, jika kehidupan modern adalah bebas bertelanjang maka suku primitif di Irian juga telanjang dengan hanya pakai koteka. Mereka memojokkan Islam dengan menyatakan bahwa Islam menjadikan wanita warga kelas dua, padahal sebaliknya justru Islam mengangkat derajat wanita.
Jika kita mengikuti mereka maka kita kembali kepada zaman jahiliyah yakni zaman sebelum kedatangan Islam, padahal Rasullah saw telah mengangkat kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan Islam yang gemilang dengan peradaban tinggi.
Islam mengatur kehidupan wanita dan pria, sehingga mereka menjadi suci, terhormat dan mulia, wanita tidak boleh membuka urat (al-Ahzab 59 dan an-Nur 31), bersolek/tabarruj (al-ahzab 33),
Ada dua golongan dari penghuni nereka yang tidak aku lihat sebelumnya, wanita yang berpakaian mini, telanjang. Mereka melenggang bergoyang, kepala mereka (rambutnya) ibarat punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium harumnya syurga; dan sekelompok laki-laki yang menyandang pecut seperti seekor sapi dipakai untuk memukuli orang-orang (HR Muslim).
Dalam Islam hanya dua kriteria dalam berpakaian; 1) menutup aurat atau 2) telanjang. Bertelanjang bukan hanya tidak berpakaian, tetapi mereka yang berpakaian ketat atau tipis sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya. Karena aurat wanita tidak hanya menutup kulit saja tetapi juga bentuk tubuhnya, sehingga cara sempurna menutup aurat adalah berpakaian longgar dan panjang (jalaabib) serta menutupkan kudung (khimar) hingga kedadanya.
Islam juga melarang melakukan berlenggang-lenggok, berdansa, menari, memakai wewangian, berbicara mendesah yang dapat membangkitkan nafsu syahwat.
Maka, janganlah kamu tunduk ketika berbicara (dengan manja, merayu, dsbg). (Sebab) nanti akan timbul keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (keinginan nafsu birahinya). Dan ucapkanlah perkataan yang baik (sopan santun) (Al-Ahzab 32).
Wallahua’lam
0 comments:
Post a Comment