Oleh: Azhari
Setiap peristiwa ada hikmahnya, tak terkecuali hikmah yang dapat di ambil dari konflik Hamas dan Fatah. Diawali dengan kemenangan Hamas dalam Pemilu Januari 2006 sehigga PM Ahmad Qurei mengundurkan diri dan digantikan oleh Ismail Haniyah (Hamas), Presiden masih dikuasai oleh Fatah melalui Mahmud Abbas. Dengan demikian terbentuklah pemerintahan koalisi di Palestina, dimana berbagi 25 kursi menteri antara Hamas dan Fatah yang sebagian besar dikuasai oleh Hamas.
Semenjak kemenangan Hamas, konflik antara Hamas dan Fatah yang telah menelan korban ratusan jiwa dari kedua belah pihak tidak pernah berhenti, meskipun kemenangan ini diperoleh melalui jalur demokrasi dan seharusnya semua pihak menerimanya dengan lapang dada. Begitulah demokrasi, meskipun telah dimenangkan secara jujur tetapi bisa saja dibatalkan, hal yang sama terjadi di Aljazair pada FIS dan di Turki pada Refaah.
Untuk mendamaikan Hamas dan Fatah diadakan Pertemuan Makkah yang diprakarsai oleh Raja Abdullah (Arab Saudi) pada 7 Februari 2007, dengan mempertemukan antara Presiden Mahmud Abbas, Kepala Biro Politik Hamas Khalid Meshaal dan PM Ismail Haniyah. Tidak semua elemen Palestina menerima Kesepakatan Makkah ini, diantaranya Front Rakyat Pembebasan Palestina dan Harakah Jihad Islam. Hal ini terjadi karena salah satu butir isi kesepakatan berbunyi “Menghormati kesepakatan-kesepakatan yang telah di capai oleh pemerintah Palestina sebelumnya”, dengan pernyataan ini sama saja “mengakui eksistensi Israel”
Kesepakatan Makkah ini hanya bertahan satu bulan, selanjutnya Hamas dan Fatah kembali bertempur. Hingga akhirnya Hamas memperoleh kemenangan dengan menguasai Jalur Gaza (Gaza Strip) pada 14 Juni 2007 dan Fatah terusir dari Jalur Gaza, Fatah kemudian berkonsentrasi di Tepi Barat (West Bank). Presiden Mahmud Abbas kemudian membentuk pemerintahan darurat, mengganti PM Ismail Haniyah dengan Salam Fayyadl.
Sulitnya menyatukan antara Hamas dan Fatah ini karena tajamnya perbedaan diantara mereka, Hamas tidak pernah mengakui eksistensi Israel, sedangkan Fatah mengakui dan bersedia berunding dengannya. Ketegaran sikap Hamas bisa dimaklumi, bagaimana mungkin ketika seseorang datang kerumah kita dan kemudian mengakui rumah itu miliknya. Selanjutnya, kita berunding dengan perampok itu dan berbagi kamar dengannya dalam satu rumah. Begitu kira-kira analogi penjajahan Israel atas tanah Palestina.
Hikmah
Hikmah yang dapat di ambil dari konflik Hamas dan Fatah adalah, terpaparkan dengan jelas ke tengah kaum muslimin pihak yang berjuang dengan tulus untuk mengembalikan seluruh tanah Palestina kepada rakyatnya dan pihak yang berkhianat terhadap perjuangan rakyat Palestina. Pihak Fatah yang korup dan sekuler telah berkhianat dengan mengakui eksistensi Israel, berunding dengan mereka dan memperoleh suplai senjata dari Israel untuk menghabisi mujahidin Palestina yang tidak mengakui eksistensi Israel. Padahal Hamas adalah saudaranya sesama muslim dalam memperjuangkan tanah Palestina, sedangkan Israel nyata-nyata penjajah yang merampas tanah Palestina.
Berkali-kali Presiden Palestina Mahmud Abbas berunding dengan PM Israel Ehud Olmert, pertemuan terakhir 16 Juli 2007 Fatah dan Israel sepakat untuk memburu kelompok-kelompok pejuang Palestina. Tetapi di sisi lain Mahmud Abbas menutup semua pintu dialog dengan Hamas, meskipun Ismail Haniyah telah menawarkan dialog untuk menyelesaikan perseteruan Hamas dan Fatah.
Disamping itu, Israel juga membantu pasokan senjata untuk Fatah dalam menghadapi pasukan Hamas, persenjataan senilai 86 juta dolar di kirim ke Fatah. Logikanya, jika Israel menganggap Fatah sebagai musuh maka mustahil mereka bersedia mengirimkan senjatanya. Dengan demikian Israel telah berhasil memecah-belah kekuatan Palestina, dimana seharusnya berjuang melawan Israel tetapi akhirnya sibuk mengurus konflik internal di tubuh Palestina dengan berperang sesama kaum muslimin.
Solusi Islam
Tanah Palestina adalah tanah yang di rampas dari kaum muslimin, ujungnya pendirian negara Israel berkat bantuan Inggris pada tanggal 15 Mei 1948, satu hari setelah berakhirnya mandat Inggris atas Palestina. Lihat 1, hal 30 Setiap jengkal tanah Islam yang di rampas Israel harus dikembalikan kepada pemiliknya, sehingga Universitas al-Azhar pada tahun 1957 telah mengeluarkan fatwa bahwa berdamai dengan Israel haram hukumnya selama eksistensi Israel masih tegak di Palestina. Lihat 2, hal 51
Untuk itu satu-satunya jalan untuk membebaskan tanah Palestina dengan jihad fi sabilillah, hingga memperoleh 2 kemenangan; menguasai kembali Palestina atau mati syahid.
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim (Al-Mumtahanah 8-9).
Kewajiban jihad (fardhu kifayah) jatuh kepada kaum muslimin yang bemukim di daerah yang terjajah, bila tidak mampu maka kewajiban jatuh kepada kaum muslimin sekitar jajahan dan jika masih tidak mampu maka kewajiban kaum muslimin seluruh dunia untuk berjihad di bumi Palestina. Jihad ini lebih efektif dan mencapai sasaran jika kaum muslimin bersatu dalam sebuah institusi.
Penyelesaian Palestina tidak akan bisa diatasi dengan berunding dan berunding seperti yang selama ini dilakukan oleh PLO dan Fatah (Yasser Arafat dan penggantinya Mahmud Abbas), perundingan hanya tipu daya Israel sehingga umat Islam terkecoh dengan tujuan utamanya mengembalikan seluruh tanah Palestina ke pangkuan Islam. Tidak juga melalui mediasi PBB yang menghasilkan resolusi-resolusi untuk kepentingan zionis, PBB adalah lembaga legalisasi kepentingan licik AS dan sekutunya. Karena dengan berunding tidak akan mengembalikan seluruh tanah Palestina, tetapi hanya memberikan secuil tanah Palestina dalam keadaan terhina di bawah penindasan Israel.
Perdamaian dengan Israel yang dilakukan oleh penguasa Arab seperti Mesir dan Yordania adalah bentuk pengkhianatan kepada perjuangan rakyat Palestina, sedangkan diamnya penguasa-penguasa Arab dan penguasa negeri kaum muslimin lainnya adalah bentuk pengkhianatan yang lain. Mereka tidak memahami bahwa umat Islam bagaikan satu tubuh, jika sakit satu bagian maka seluruh tubuh seharusnya merasakan sakit, masalah Palestina seharusnya masalah seluruh kaum muslimin.
Mitos hebatnya kekuatan Israel dalam bidang militer, intelijen, ilmu dan teknologi sehingga mustahil untuk dikalahkan oleh bangsa Arab menjadi runtuh setelah kemenangan Hizbullah pada perang Lebanon Juli 2006. Melawan satu milisi saja Israel tidak mampu apalagi melawan kekuatan kaum muslimin yang menyatu dalam Khilafah Islamiyah.
Wallahua’lam
Maraji’:
1. Gerakan Hamas dalam perjuangan kemerdekaan Palestina, Ahmad Faozi, Studia Press, cetakan 1, April 1996.
2. Palestina akar masalah dan solusinya, DR. Iyad Hilal, Pustaka Thariqul Izzah, cetakan 1, November 2000.
3. Dari berbagai sumber yang terdapat di:
- http://www.palestine-info.com/
- http://www.eramuslim.com/
- http://www.republika.co.id/
Catatan:
1. Palestina adalah tanah suci umat Islam, tempat berdirinya Masjid al-Aqsha kiblat pertama kaum muslimin dan tempat persinggahan Rasulullah saw saat Isra’ Mi’raj.
2. Fatah atau Harakat al-Tahrir al-Watani al-Filastini (Gerakan Nasional Pembebasan Palestina) adalah partai politik yang didirikan pada tahun 1958 oleh Yasser Arafat, partai berhaluan nasionalis-sekuler ini bertujuan untuk mendirikan negara Palestina di daerah yang sedang menjadi tempat konflik Israel dan Palestina.
3. Hamas (Haraqah al-Muqawamah al-Islamiyyah) diakui sebagai underbouw Ikhwanul Muslimin (IM), Hamas bertujuan mendirikan Negara Islam (Piagam Hamas bab 2, pasal 10), Hamas meyakini bahwa tidak ada alternatif bagi penyelesaian Palestina kecuali dengan jihad (Piagam Hamas bab 3, pasal13). Lihat 1, hal 35 & 41
Disamping IM (Hamas), secara perorangan banyak syabab Hizbut Tahrir (HT) juga ikut berjuang di Palestina dan bergabung dengan fraksi-fraksi yang ada. Lihat 1, hal 11 & 49
4. Jalur Gaza merupakan secuil wilayah Palestina yang terletak di tepi Laut Mediterania dan berbatasan dengan Mesir, Jalur Gaza terpisah dengan Tepi Barat (wilayah Palestina lain yang lebih luas).
5. Tepi Barat merupakan wilayah Palestina yang lebih luas dan berbatasan dengan Yordania, wilayah ini bercampur dengan pemukiman Yahudi.
6. Cukup banyak kelompok mujahidin di Palestina, ada yang berafiliasi ke Hamas seperti Brigade Izzuddin Al-Qassam, ke Fatah seperti Brigade Syuhada Al-Aqsha, atau berdiri sendiri seperti Harakah Jihad Islam, serta fraksi-fraksi lainnya seperti: Brigade Syahid Khalid Abu Akr, Brigade At-Tauhid, Brigade Abu Ali Mushtafa, Brigade Syahid Ahmad Abur Raisy, Brigade Ekspedisi Al-Quds dan Unit Nashir Shalahuddin.
0 comments:
Post a Comment