Oleh: Azhari
Sungguh aneh tingkah para politikus, ketika jabatannya di copot dari anggota DPR dan Wakil Ketua DPR membuatnya meradang dan melakukan perlawanan kepada Presiden karena Presiden yang menandatangani surat Penggantian Antar Waktu (PAW).1 Rahasia pribadi Presiden kemudian dibeberkan ke berbagai lembaga tinggi Negara, terlepas benar-tidaknya, membuka rahasia pribadi seseorang ke ruang publik adalah perbuatan tercela.
Begitulah orang-orang yang mendewakan harta dan jabatannya, kehilangan sesuatu yang dicintainya membuatnya panik dan berusaha mempertahankan mati-matian. Bahkan dengan cara yang tidak elegan, akibatnya mempermalukan diri sendiri karena masyarakat tahu tabiat buruknya.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?, maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha penyayang (Al-Hujurat 12).
Mereka tidak sadar bahwa semua yang diperoleh saat ini hanya ”titipan” Allah swt. Ketika manusia lahir tidak punya apa-apa bahkan dalam keadaan telanjang, kemudian Allah swt memberikan rezeki sehingga memperoleh kekayaan yang berlimpah dan jabatan yang tinggi. Suatu saat Allah swt akan mengambil kembali hak-Nya, suka atau tidak pasti akan di ambil oleh-Nya.
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu di timpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan (An-Nahl 53).
Sebuah kisah yang panjang dari hadits Riwayat Muslim tentang keteladanan seorang isteri dalam menghadapi musibah (sebagian di ringkas):
Anak laki-laki Ummu Sulaim meninggal dunia. Setelah suaminya Abu Thalhah pulang Ummu Sulaim tidak memberitahu kematian anaknya, Ummu Sulaim menyiapkan hidangan dan makan bersama suaminya. Ummu Sulaim menghias diri sehingga akhirnya mereka berhubungan layaknya suami-isteri. Setelah itu Ummu Sulaim berkata: ”Ya Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada yang meminjamkan barangnya kepada keluarga kita, kemudian mengambilnya kembali. Apakah kita berhak menolaknya?. ”Tidak”, jawab Abu Thalhah. Ummu Sulaim berkata: ”Ya Abu Thalhah, bersabarlah terhadap anakmu” Mereka menceritakan kejadian ini kepada Rasulullah saw, Rasulullah saw bersabda: ”Semoga Allah swt memberkati kalian berdua pada malam yang silam itu” Berkat do’a Rasulullah saw, tak lama kemudian Ummu Sulaim hamil.
Kisah di atas menggambarkan ketabahan seorang isteri dalam menghadapi musibah atas kematian anaknya, dia meyakini bahwa semua yang dimilikinya adalah pinjaman/titipan dari Allah swt.
Bahwa semua yang ada di dunia ini manusia hanya memanfaatkan saja, sedangkan Pemilik hakiki adalah Allah swt. Kehilangan harta, jabatan dan semua orang yang disayangi adalah hal yang pasti terjadi, kapan terjadinya menjadi rahasia Allah swt. Bisa jadi hikmah di balik kehilangan tersebut adalah di ganti Allah swt dengan sesuatu yang lebih baik.
Ketika Pemiliknya mengambil kembali hak-Nya, tidak pantas mengutuk Pemiliknya atau tidak rela atas kehilangan itu. Hal yang paling layak dilakukan adalah mengucapkan: Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun; semuanya berasal dari Allah dan kepada-Nya kita dikembalikan. Dengan demikian, manusia tidak bangga atas semua yang dimilikinya dan tidak putus asa atas kehilangan. Konsep ini obat yang manjur dalam menghadapi segala musibah.
Wallahua’lam
Catatan:
1. www.detik.com (27 Juli 2007): Beberkan ‘Perkawinan’ Pertama SBY, Zaenal Salah
Alamat.
0 comments:
Post a Comment