MAFAHIM ISLAM

MEMAHAMI ISLAM DENGAN MUDAH

Oleh: Azhari

Mengenaskan nasib Ny. Basse yang hamil 7 bulan dan anaknya Bahir (5 tahun) meninggal karena kelaparan di Makassar. Untuk menghemat makanan, 1 liter beras dijadikan bubur dan di makan 1 kali sehari bersama suami dan ke 4 anaknya. Karena kelaparan dan tidak makan selama 3 hari mereka mengalami diare akut dan akhirnya meninggal secara mengenaskan dalam keadaan kurus kering.Lihat 1

Lebih menggemaskan mengamati komentar Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin bahwa kematian Ny. Basse bersama anaknya bukan karena kelaparan tetapi karena diare akut yang tidak sempat tertolong dan masalah ini tidak hanya tanggung jawab Walikota tetapi juga masyarakat.Lihat 2 Sungguh pernyataan bodoh dan tidak bertanggung jawab, sudah jelas mereka kelaparan dan tetangga sekitar rumah Ny. Basse sebagai saksi bagaimana keluarga tersebut kadang makan dan kadang tidak. Dimana tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang wajib mengurus kesejahteraan rakyatnya. Walikota seperti ini tidak layak menjadi pemimpin!

Begitu juga kisah tragis sebelumnya, anak SD di Magetan bunuh diri karena tidak tahan menanggung sakit maag akut akibat hanya makan 1 kali sehari.

Ironis memang, negeri dengan tanah yang sangat luas dan subur tetapi masih banyak rakyatnya kelaparan, banyak kasus busung lapar dan gizi buruk di berbagai daerah. Ketika telah terjadi musibah masyarakat tersentak, para pejabat menampilkan muka manis menjenguk sang korban. Para dermawan memberikan sumbangan yang sudah terlambat untuk mengatasi masalah si korban, Ny. Basse dan anaknya yang sudah mati tidak butuh bantuan makanan lagi saat ini.

Kemudian kejadian yang sama berulang lagi karena tidak pernah ada penanganan yang tuntas untuk mengatasi kemiskinan. Bagaimana tidak, subsidi yang merupakan kebutuhan utama rakyat dihapuskan, akibatnya harga BBM, listrik dan air menjadi naik, kenaikan berimbas kepada bahan pokok yang lain. Kesehatan dan pendidikan demikian mahalnya, sementara peluang untuk memperoleh pekerjaan semakin sulit.

Sementara pemimpin berlepas tangan setiap ada musibah, mereka sibuk mengatur strategi politik untuk melanggengkan kekuasannya melalui Pilpres dan Pilkada, termasuk sang Walikota Makassar sedang mempersiapkan strategi Pilkada untuk jabatan periode ke 2. Sementara kesejahteraan rakyat selalu terabaikan, mereka tetap miskin, sekarat dan akhirnya mati. Ini benar-benar pemimpin laknat!, mungkin begitu kutukan rakyat kepada mereka dan insyaallah do’a orang yang terdzalimi dikabulkan oleh Allah swt.

Istilah subsidi adalah penipuan penguasa terhadap rakyat, seharusnya BBM, listrik dan air diberikan secara gratis kepada rakyat karena merupakan kebutuhan utama rakyat, jika mau dibebankan kepada rakyat maka hanya biaya pengolahannya saja. Bukannya rakyat dijadikan pembeli komersil dan pemerintah mengambi keuntungan dari penjualan BBM, listrik dan air. Untuk itu, BBM, listrik dan air harus di kelola oleh pemerintah sehingga rakyat memperolehnya dengan murah, tetapi saat ini malah diserahkan kepada swasta; BBM di kelola oleh Caltex, Exxon, BP, Vico, Chevron, Medco, Shell, CNOOC, dll; listrik di kelola oleh Medco, ACE Malaysia, Magma Nusantara, dll; air di kelola oleh Palyja dan Thames (TPJ). Tentu saja swasta ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya sehingga rakyat menjadi sapi perahan mereka. Menyerahkan pengelolaan BBM, listrik dan air kepada swasta jelas-jelas bertentangan dengan hukum Allah swt.

Masyarakat bersyarikat dalam tiga macam sumber daya alam, yaitu air, padang pengembalaan dan api (bahan bakar seperti kayu, minyak dan lain-lain) (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Pendidikan dan kesehatan seharusnya gratis agar kesejahteraan rakyat terjamin. Orang miskin yang tidak mempunyai biaya untuk sekolah, masih punya kesempatan untuk berpendidikan tinggi, sehingga mereka memperoleh pekerjaan yang layak nantinya. Karena kemiskinan membuat mereka tidak mampu bersekolah, tidak sekolah maka tidak berpendidikan, tidak berpendidikan maka sulit mencari kerja dan tidak bekerja membuat mereka tetap miskin. Sehingga terjadi kemiskinan struktural, yakni kemiskinan yang terjadi akibat sistem mencegah seseorang untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya. Kenyataannya justru kesehatan dan pendidikan sangat mahal saat ini.

Kebutuhan pokok seperti beras dan kedele harus di impor dari luar negeri sehingga harganya mahal, padahal di negeri ini lahan subur begitu luasnya. Menteri Pertanian tidak mampu mengatasi masalah pertanian dan tidak mempunyai kebijakan yang jitu untuk meningkatkan produksi pertanian. Ini hal yang wajar, karena jabatan Menteri ditentukan berdasarkan bagi-bagi kekuasaan hasil koalisasi parpol yang mendukung Presiden terpilih, bukannya diserahkan kepada orang yang ahli dibidangnya.

Sungguh berbeda pemimpin saat ini dengan para pemimpin Islam dahulu, kisah-kisah tentang bagaimana tanggung jawab seorang pemimpin dalam mengurus rakyatnya seharusnya menjadi pelajaran bagi penguasa saat ini. Kisah Umar bin Khaththab yang berjalan ke pelosok desa di malam hari untuk memonitor apakah ada rakyatnya yang kedinginan dan kelaparan. Ketika ditemukan satu keluarga kelaparan dan pura-pura memasak batu untuk mendiamkan tangisan anaknya, Umar bin Khaththab memanggul sendiri sekarung gandum dan di antar langsung kerumah keluarga tersebut. Aslam, pembantu Umar, menawarkan untuk membantu Umar memanggul karung gandum, Umar melarangnya: ”Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?” Subhanallah!

Jika mereka tahu bahwa semua amanah yang di emban seorang pemimpin akan di tanya oleh Allah swt di akhirat nanti; setiap harta negara yang diselewengkan, orang miskin yang kelaparan, tunawisma yang beratapkan langit, korban gusuran, orang-orang yang didzalimi aparat, hukum Allah yang tidak dijalankan, orang miskin yang murtad karena godaan misionaris, berbagai kemaksiaatan yang masih saja berlangsung dan kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Maka mereka tidak akan berlomba-lomba menjadi pemimpin, mereka akan takut setengah mati untuk menjadi pemimpin. Seperti takutnya Umar in Khaththab ketika di minta Abu Bakar Siddiq menjadi Khalifah: “Demi Allah, aku lebih suka dibawa ke depan lalu leherku ditebas walau tanpa dosa, daripada diangkat menjadi pemimpin suatu kaum dimana terdapat Abu Bakar” Atau takutnya Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi kandidat kuat untuk menjadi Khalifah, Beliau mengatakan: ”Jangan sebut-sebut namaku di depan Khalifah”

Wallahua’lam

Bahan bacaan:
1. http://www.detiknews.com/, 1 Maret 2008: Ibu hamil meninggal kelaparan, beras 1 liter untuk 3 hari.
2 http://www.kompas.com/, 2 Maret 2008: Walikota Makassar: Politis, Sakit Diare Dikatakan Kelaparan.uari 2003.

0 comments:

AZHARI

AZHARI

Renungan

KEBERANIANKU TIDAK AKAN MEMPERPENDEK UMURKU

KETAKUTANKU TIDAK AKAN MEMPERPANJANG UMURKU

AKU AKAN TERUS BERJUANG SEMAMPUKU

UNTUK KEBENARAN DAN KEADILAN

HINGGA ALLAH MEMANGGILKU PULANG

ALLAHU AKBAR !



free counters

Pernyataan

Silahkan mengutip artikel di blog ini karena hak cipta hanya milik Allah swt.