MAFAHIM ISLAM

MEMAHAMI ISLAM DENGAN MUDAH

Oleh: Azhari

Saya yakin kita pernah mengalami saat shalat pikiran tidak fokus; ingat pekerjaan yang masih tertunda, ingat letak barang yang tadinya susah di cari, tanpa sadar shalat udah selesai atau memikirkan masalah yang menumpuk.

Shalat amalan utama yang pertama kali ditanyakan (hisab) di akhirat nanti, baik shalatnya maka baik seluruh amalnya, rusak shalatnya maka rusak seluruh amalnya (hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra).

Shalat ibadah yang tidak ada toleransi untuk ditinggalkan, puasa masih bisa di ganti (qadha) di luar Ramadhan jika berhalangan (misal sakit dan haid), zakat tidak di bayar jika belum mencapai nisab (minimal 85 gram emas) dan haul (setelah 1 tahun), haji bisa ditinggalkan jika belum mampu (dana, kesehatan dan keamanan). Tapi shalat bagaimanapun tidak bisa ditinggalkan, dalam perjalanan (safar) tetap dilakukan dengan jama’/qasar, jika tidak ada air untuk wudhu’ boleh tayamum, jika sakit dan tidak kuat berdiri bisa duduk atau berbaring, hanya sakratul maut dan ajal yang mengakhiri shalat.

Jadi seharusnya ibadah ini tidak boleh ditinggalkan dan diusahakan dilakukan sesempurna mungkin (khusyu’),

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu' (Al-Baqarah 238).

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya (Al-Mukminun 1-2).

Akan tetapi Allah swt mengetahui tabiat manusia yang selalu diliputi rasa was-was, kesibukan duniawi yang masih terbawa hingga shalat, ditambah lagi dengan godaan syaithan yang membuat fisik dan lisannya shalat tetapi fikirannya di luar shalat. Sehingga kadang-kadang sulit mencapai shalat khusyu’. Selama shalat itu memenuhi syarat dan rukunnya maka sah shalatnya dan dianggap telah menunaikan kewajiban, tetapi nilai pahalanya tentu bervariasi tergantung apakah shalat sekedar menjalankan kewajiban atau dilakukan dengan khusyu’.

Sebagai analogi, ketika berbicara dengan seseorang sementara fikiran kita tidak fokus sehingga tidak paham apa yang dibicarakan, tentu lawan bicara akan marah karena merasa diacuhkan. Apalagi berhadapan dengan Allah swt dalam shalat, melakukan shalat tetapi fikiran tidak fokus (khusyu’) dengan apa yang dilakukan dan di baca.

Ada beberapa faktor yang mendukung agar shalat khuyu’, antara lain; tidak shalat dalam keadaan lapar, menahan hajat dan mengantuk, berpakaian bersih dan nyaman, tempat shalat/sajadah bersih dan tidak bau, lingkungan tidak panas dan berisik, melupakan urusan duniawi, memahami bacaan shalat dan shalat dengan tenang (tidak tergesa-gesa).

Jika semua hal di atas telah dikondisikan maka insyaallah kita bisa mencapai shalat khusyu’, tentu saja tidak hanya sekedar memenuhi kewajiban tetapi juga bernilai pahala.

Wallahua’lam

Sumber bacaan:
1. Fatwa-fatwa Penting Syaikh Syaltut, Syaikh Mahmud Syaltut, Darus Sunnah, cetakan 1, Maret 2006
2. 20 Tuntunan Shalat Khusyu’, Muhammad Thalib, Irsyad Baitus Salam, cetakan 1, April 1998


0 comments:

AZHARI

AZHARI

Renungan

KEBERANIANKU TIDAK AKAN MEMPERPENDEK UMURKU

KETAKUTANKU TIDAK AKAN MEMPERPANJANG UMURKU

AKU AKAN TERUS BERJUANG SEMAMPUKU

UNTUK KEBENARAN DAN KEADILAN

HINGGA ALLAH MEMANGGILKU PULANG

ALLAHU AKBAR !



free counters

Pernyataan

Silahkan mengutip artikel di blog ini karena hak cipta hanya milik Allah swt.