-->
Oleh: Azhari
Musibah silih berganti menimpa Negara ini, Wasior, Mentawai dan Merapi, sebelumnya musibah yang lebih dahsyat seperti Tsunami Aceh, lumpur Lapindo dan gempa Sumbar. Bisa saja para ahli memberikan analisa bahwa musibah terjadi karena pergeseran lempeng bumi sehingga menimbulkan gempa atau analisa lainnya, tapi yang pasti musibah terjadi karena kehendak (izin) Allah swt.
Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah (At-Taghaabun 11).
Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa Allah swt mengizinkan terjadinya musibah di Aceh, Sumbar, Sidoarjo, Jogya, Papua dan daerah lainnya? Apakah musibah ini berupa azab atau ujian? Apa yang telah kita perbuat sehingga Allah swt menimpakan musibah kepada kita? Pertanyaan yang sulit di jawab karena semuanya rahasia Allah swt.
Kita tidak boleh menghakimi bahwa sebuah musibah adalah azab atau ujian karena tidak ada satupun manusia yang tahu, yang harus dilakukan adalah melakukan introspeksi (muhasabah) kenapa musibah ini terjadi.
Jika musibah yang terjadi berupa azab maka harus bertaubat agar Allah swt mengampuni dosa kita dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, ini taubat nasuha. Tetapi jika musibah yang terjadi berupa ujian maka dengan sikap sabar Allah swt akan membersihkan dosa kecil kita.
Allah swt memperingatkan bahwa bisa jadi musibah terjadi atas ulah tangan manusia. Penguasa zalim yang menyengsarakan rakyat dengan kebijakannya, pejabat korup yang tidak amanah, pengusaha rakus menguras kekayaan bumi dan hutan, ulama buruk yang membuat fatwa sesuai dengan kepentingan penguasa, ustadz berda’wah mengejar materi dengan menetapkan tarif atau rakyat bermaksiat dengan meninggalkan ibadah. Semuanya ikut memberikan kontribusi atas terjadinya musibah.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Ar-Rum 41).
Tetapi mereka bukannya bertaubat, malah mengulangi lagi kemaksiaatan serupa dengan ritual syirik yang selama ini sering dilakukan. Misalnya, mengadakan ritual sedekah gunung dengan memberikan sesaji kepala kerbau dan nasi tumpeng agar gunung tidak marah lagi kepada mereka. Padahal seharusnya mereka takut kepada Sang Pemilik gunung (Allah swt) bukan kepada gunung yang hanya ciptaan Allah swt. Lantas, jika gunung meletus lagi apakah mereka beranggapan bahwa sesajinya kurang mantap sehingga gunung tetap marah.
Allah swt membenci perbuatan syirik yang menduakan Allah swt dengan meyakini ada kekuatan lain selain Allah swt, dosa ini tidak akan diampuni Allah swt.
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang menyekutukan sesuatu dengan Allah maka sesungguhnya ia tersesat sejauh-jauhnya (An-Nisa’ 116).
Wallahua’lam
Musibah silih berganti menimpa Negara ini, Wasior, Mentawai dan Merapi, sebelumnya musibah yang lebih dahsyat seperti Tsunami Aceh, lumpur Lapindo dan gempa Sumbar. Bisa saja para ahli memberikan analisa bahwa musibah terjadi karena pergeseran lempeng bumi sehingga menimbulkan gempa atau analisa lainnya, tapi yang pasti musibah terjadi karena kehendak (izin) Allah swt.
Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah (At-Taghaabun 11).
Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa Allah swt mengizinkan terjadinya musibah di Aceh, Sumbar, Sidoarjo, Jogya, Papua dan daerah lainnya? Apakah musibah ini berupa azab atau ujian? Apa yang telah kita perbuat sehingga Allah swt menimpakan musibah kepada kita? Pertanyaan yang sulit di jawab karena semuanya rahasia Allah swt.
Kita tidak boleh menghakimi bahwa sebuah musibah adalah azab atau ujian karena tidak ada satupun manusia yang tahu, yang harus dilakukan adalah melakukan introspeksi (muhasabah) kenapa musibah ini terjadi.
Jika musibah yang terjadi berupa azab maka harus bertaubat agar Allah swt mengampuni dosa kita dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, ini taubat nasuha. Tetapi jika musibah yang terjadi berupa ujian maka dengan sikap sabar Allah swt akan membersihkan dosa kecil kita.
Allah swt memperingatkan bahwa bisa jadi musibah terjadi atas ulah tangan manusia. Penguasa zalim yang menyengsarakan rakyat dengan kebijakannya, pejabat korup yang tidak amanah, pengusaha rakus menguras kekayaan bumi dan hutan, ulama buruk yang membuat fatwa sesuai dengan kepentingan penguasa, ustadz berda’wah mengejar materi dengan menetapkan tarif atau rakyat bermaksiat dengan meninggalkan ibadah. Semuanya ikut memberikan kontribusi atas terjadinya musibah.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Ar-Rum 41).
Tetapi mereka bukannya bertaubat, malah mengulangi lagi kemaksiaatan serupa dengan ritual syirik yang selama ini sering dilakukan. Misalnya, mengadakan ritual sedekah gunung dengan memberikan sesaji kepala kerbau dan nasi tumpeng agar gunung tidak marah lagi kepada mereka. Padahal seharusnya mereka takut kepada Sang Pemilik gunung (Allah swt) bukan kepada gunung yang hanya ciptaan Allah swt. Lantas, jika gunung meletus lagi apakah mereka beranggapan bahwa sesajinya kurang mantap sehingga gunung tetap marah.
Allah swt membenci perbuatan syirik yang menduakan Allah swt dengan meyakini ada kekuatan lain selain Allah swt, dosa ini tidak akan diampuni Allah swt.
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni dosa selain syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang menyekutukan sesuatu dengan Allah maka sesungguhnya ia tersesat sejauh-jauhnya (An-Nisa’ 116).
Wallahua’lam
0 comments:
Post a Comment