Oleh : Azhari
Film documenter Netflix “Trial by Media”, salah satu kisah PENCITRAAN
terkenal menggunakan media. Pendiri perusahaan Health South, Richard Scrushy
dituduh melakukan penipuan keuangan sehingga mempunyai kekayaaan luar biasa;
perusahaan, rumah, yacht, mobil, lukisan, dll.
Media menghakimi penuh kebencian, sebagian besar komunitas kulit putih
Alabama membencinya. Kemudian Richard bergabung dengan komunitas gereja kulit
hitam, mendatangi berbagai gereja dan berkhotbah, memberikan sumbangan melalui
yayasannya. Membeli acara TV View Point, menjadi host dan menjadi penginjil.
Richard memperbaiki citranya, terlihat sangat saleh dan memperoleh simpati.
“No matter how thin you make it, there’s two sides to every pancake”
Maksudnya selalu ada sisi lain yang berbeda antara versi Jaksa Penuntut
dan versi Pengacara. Dalam persidangan dicitrakan Richard dari keluarga miskin,
bekerja keras hingga sukses, apa salahnya dia menikmati kesuksesannya dengan
mengkoleksi banyak rumah, yacht, mobil, lukisan, dll.
Luar biasa pencitraan yang dilakukan Richard sehingga lolos dari
hukuman dengan putusan “Tidak Bersalah” Justru yang disalahkan CFO-nya sebagai
dalang dari penipuan perusahaan.
Jangan-jangan para Politikus belajar dari kasus ini juga. Mendatangi
mesjid dan pesantren, menemui kiai dan ulama, memberikan sumbangan, memakai
gamis dan sorban, menjadi imam shalat. Pidato pengantar dengan bahasa arab meskipun
belepotan, mengutip ayat dan hadis. Terlihat sangat merakyat. Semuanya disorot
media, jika perlu posisi imam dipindah pada shaf pertama agar mendapatkan sudut
kamera yang pas.
Pada akhir kisah, salah satu pendeta kulit hitam menyatakan bahwa saat
kasusnya mencuat Richard rutin mendatangi gerejanya. Tetapi setelah menang
kasus yg menimpanya Richard jarang terlihat digerejanya. Apakah para politikus
itu setelah menang masih sering mendatangi mesjid, berpakaian gamis dan sorban,
memberikan sumbangan, menjadi imam shalat? Anda tahu jawabannya..
0 comments:
Post a Comment